Pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung mengatakan seharusnya tidak ada intelijen yang menyamar sebagai wartawan. Kata Rocky berbeda ketika Indonesia berada di dalam situasi yang otoritarian, dimana kekuasan politik dikendalikan militer.
"Ketika Indonesia ada di dalam situasi otoritarian dimana kekuasan politik dikendalikan oleh militer supaya stabil," ujar Rocky dalam akun Youtubenya yang dikutip Jumat (16/12/2022).
Hal tersebut dikatakan Rocky menyusul kasus intelijen polisi yang menyamar sebagai wartawan TVRI.
Ia pun menceritakan di era Presiden Soeharto, dirinya tak sengaja pernah memergoki intelijen yang menyamar sebagai seorang penjual es lilin di kawasan Menteng.
Baca Juga:Puncak Arus Mudik 23 dan 30 Desember 2022, Jumlah Kendaraan Capai 2,3 juta
Mulanya Rocky yang pernah tinggal di kawasan Menteng kerap melihat tukang es lilin selalu berkeliling.
"Dulu di daerah saya tinggal itu di Menteng dulu kita pernah pergok itu seorang tukang jual es lilin itu yang mondar mandir tiap hari itu," papar Rocky.
Namun di satu momen Rocky sengaja membuka kotak es lilin yang ternyata terdapat pistol. Sehingga ia menganggap bahwa intelijen tersebut sengaja ditugaskan oleh lembaga intelijen untuk memantau keamanan lantaran terdapat kediaman Soeharto di Jalan Cendana.
"Lalu iseng buka kotaknya ada pistol disitu, lalu kita menganggap 'wah itu berarti pak Harto di sekitar Jalan Cendana', dan dia cuma beredar di Menteng. Mungkin bahwa handytalky untuk memantau keadaan, atau mungkin dia secara resmi ditugaskan untuk jual es sekaligus dititipkan lembaga intelijen untuk sekaligus memantau," ungkap Rocky.
Sebelumnya Rocky menuturkan di negara otoriter, banyak wartawan merupakan seorang intelijen. Namun kata dia, tak berlaku di negara demokrasi.
"Di negara otoriter semua wartawan adalah intel. Jadi kalau disini ada satu, jadi orang menganggap etika demokrasi ko nggak berlaku ya kan itu intinya," ujar Rocky yang dikutip dari akun YouTubenya Rocky Gerung Official, Jumat (16/12/2022).
Sehingga kata Rocky hal tersebut tidak etis menyusupkan intelijen di ranah pers. Menurut Rocky, adanya intelijen yang disusupkan ke ranah pers di era demokrasi menunjukkan negara tak percaya pada pers.
"Jadi hal hal itu tidak etis walaupun itu intelijen, tapi kita negara demokratis. Jadi kenapa mesti disusupkan, apa nggak percaya pada pers. Itu artinya negara tidak percaya pada institusi yang akan mengawasi dia yaitu pers dengan negara memasukkan di situ seorang Intel itu juga," papar Rocky.
Indonesia kata Rocky sudah masuk negara reformasi bukan otoriter, sehingga tak seharusnya disusupkan intelijen.
"Kita masuk reformasi ngapain pola yang sama walaupun dalam skala yang mungkin kecil masih berlangsung tuh," kata dia.
Lebih lanjut, Rocky menilai kasus intelijen menyamar sebagai wartawan menjadi sebuah kekhawatiran atau kecurigaan antar wartawan. Ia juga menduga kemungkinan ada intelijen yang disusupkan di lembaga lain bahkan di perguruan tinggi.
"Jadi mungkin sekarang para wartawan curiga, jangan-jangan pemimpin redaksinya juga adalah intel gitu kan sehingga timbul tidak kepercayaan pada institusi negara atau mungkin juga di lembaga-lembaga lain dimasukkan Intel. Mungkin perguruan tinggi mungkin ada dosen yang sebetulnya disusup di situ sehingga memantau otak-otak radikal siapa yang berpotensi untuk melakukan makar ini bisa dibaca di dalam papernya," papar dia.
Sebelumnya, publik dihebohkan dengan pelantikan Umbaran Wibowo sebagai Kapolsek Kradenan, Blora pada Senin (12/12/2022). Umbaran Wibowo yang ternyata berpangkat Iptu sebelumnya dikenal sebagai jurnalis.
Umbaran Wibowo juga menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Blora.
Awak media selama ini mengenal Iptu Umbaran Wibowo sebagai kontributor TVRI. Tidak tanggung-tanggung, Wibowo sudah 14 tahun menyamar sebagai jurnalis
Siapa sangka, Umbaran Wibowo juga tercatat sebagai jurnalis bersertifikat resmi dari Dewan Pers, sebagai wartawan madya dengan nomor anggota 8953-PWI/WDya/DP/I/2018/19/10/84.
Namun belakangan terungkap Iptu Umbaran Wibowo rupanya selama ini menjadi seorang Intelijen Khusus (Intelsus) Polda Jateng.
Wibowo juga diketahui sudah tidak aktif alias mengundurkan diri sebagai jurnalis sejak 2021 setelah dilantik menjadi Wakapolsek Blora.